Wednesday, April 30, 2014

Menangkal Sihir

 Oleh: Syeikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz rahimahullah
Allah telah mensyariatkan keapda hamba-Nya supaya mereka menjauhkan diri dari kejahatan sihir sebelum terjadi pada diri mereka, dan Allah menjelaskan pula tentang bagaimana cara pengoatannya bila ia terjadi pada diri mereka. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah. Kebaikan dan kesempurnaan nikmat-Nya kepada hamba-Nya.
Berikut ini beberapa penjelasan tentang usaha menjaga diri dari bahaya sihir sebelum terjadi, begitu pula usaha dan cara pengobatannya bila terkena sihir, yakni cara-cara yang diperbolehkan menurut syariat Islam:
Pertama: Tindakan Prefentif, yakni usaha menjauhkan diri dari bahaya sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat adalah penjagaan dengan membaca dzikir yang disayariatkan, membaca doa dan ta’awwudz sesuai dengan tuntunan Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Diantaranya adalah:

1.       Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat lima waktu sesudah membaca wirid yang disyariatkan ba’da salam, demikian pula dibaca ketika akan tidur. Karena ayat Kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya didalam Al Quran. Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam salah satu hadits shahihnya:
من قرأ آية الكرسي في ليلة لم يزل عليه من الله حافظ ولا يقربه شيطان حتى يصبح
“Barang siapa yang membaca ayat Kursi pada malam hari, Allah senantiasa menjaganya dan syaitan tidak akan mendekatinya sampai subuh”
Adapun bacaan ayat Kursi adalah sebagai berikut:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا يَ‍ُٔودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa´at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (Q.S Al Baqarah: 255).
2.       Membaca surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, dan surat An Naas pada setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali pada pagi hari sesudah shalat shubuh, dan menjelang malam sesudah shalat maghrib; hal ini seseuai dengan hadits riwayat Abu dawud, Tirmidzi dan Nasai.
3.       Memabaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah ayat 285-286, pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam:
من قرأ بالآيتين من آخر سورة البقرة في ليلة كفتاه
Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah pada malam hari, cukuplah kedua (ayat tersebut) baginya (maka ia akan terpelihara dari kejahatan)”. (H.R Bukhari).
Adapun bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut:
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ  #لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ
“285.Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali". 286.Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Q.S Al Baqarah: 285-286).
4.       Banyak membaca ta’awwudz dengan menggunakan kalimat Allah yang sempurna untuk memohon perlindungan diri dari kejahatan makhluk ciptaan Allah.
Hendaklah dibaca pada malam dan siang hari ketika berada disuatu tempat, ketika masuk ke dalam suatu bangunan, ketika berada di tengah padang pasir, di udara, atau di laut. hal ini berdasarkan sabda Rasulalla Shollallahu ‘Alaihi Wasallam:
من نزل منزلا ثم قال: أعوذ بكلمات الله التامات من شر ما خلق لم يضره شيء حتى يرتحل من منزله ذلك
“Barang siapa yang turun di suatu tempat dan dia berkata: “A’udzu bi Kalimaatillaah at-taammati min syarii maa khalaq (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang maha sempurna dari kejahatan makhluk ciptaan Allah), tidak ada sesuatupun yang membahayakan dia sampai ia pergi dari tempat tersebut”. (H.R Muslim).
5.       Membaca doa di bawah ini, masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang malam:
بسم الله الذي لا يضر مع اسمه شيء في الأرض ولا في السماء وهو السميع العليم
“Dengan nama Allah tidak ada yang membahayakan dengan nama-Nya sesuatupun yang ada di bumi dan di langit, Dia maha mendengar dan maha mengetahui”. (H.R Abu Dawud dan Tirmidzi).
Karena (telah diriwayatkan dengan shahih) motivasi Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam (untuk membaca bacaan di atas) dan bahwa hal ini salah satu penyebab keselamatan dari segala kejahatan.
Bacaan dzikir dan ta’awwudz ini merupakan sebab yang besar untuk memperoleh keselamatan dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan sihir dan kejahatan lainnya, bagi mereka yang selalu mengamalkannya secara benar disertai keyakinan yang penuh kepada Allah, bertumpu dan pasrah kepada-Nya dengan lapang dada dan hati yang khusyu’.
Kedua: Dengan bacaan-bacaan seperti ini juga merupakan senjata ampuh untuk menghilangkan sihir yang sedang menimpa seseorang, dibaca dengan hati yang khusyu’ tunduk dan merndahkan diri, seraya memohon kepada Allah agar dihilangkan bahaya dan malapetaka yang dihadapi.
Doa-doa berdasarkan riwayat yang kuat dari Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh sihir dan lain sebagainya seperti  berikut:
1.       Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam menjampi sahabat-sahabatnya dengan bacaan:
اللهم رب الناس أذهب الباس اشف وأنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك شفاء لا يغادر سقما
“Ya Allah, Rabban Naas… Hilangkan sakit dan sembuhkanlah, Engkaulah Dzat yang maha penyembuh, penyembuhan dari-Mu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit”. (H.R Bukhari).
2.       Doa yang dibaca Jibril ‘Alaihis Salam ketika menjampi Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam:
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
“Dengan nama Allah, aku menjampimu dari segala yang menyakitimu, dan dari kejahatan setiap diri atau dari pandangan mata yang penuh kedengkian, semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku menjampimu”. (H.R Muslim). bacaan ini harus diulang tiga kali.
3.       pengobatan sihir cara lainnya, terutama bagi laki-laki yang tidak dapat berjimak dengan isterinya karena pengaruh sihir, yakni dengan mengambil tujuh lembar daun bidara yang masih hijau, ditumbuk atau diulek dengan batu atau alat tumbuk lainnya, sesudah itu dimasukkan kedalam sebuah bejana atau wadah, tuangkan air kedalam itu secukupnya untuk mandi, bacakan ayat Kursi pada wadah tersebut, bacalah pula surat Al Kafirun, surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, surat An Naas, dan ayat-ayat pengakal sihir dalam surat Al A’raaf ayat 117-119, surat yunus ayat 79-82, dan surat Thoha ayat 65-69.
Setelah selesai membaca ayat-ayat tersebut, hendaklah diminum sedikit airnya dan sisanya dipakai untuk mandi.
Dengan cara ini mudah-mudahan Allah subhanahu Wata’ala berkenan menghilangkan penyakit yang sedang dideritanya dan seandainya masih diperlukan pengobatan seperti ini beberapa kali, boleh saja dilakukan kembali dua atau lebih sampai benar-benar hilang penyakitnya.
4.       Cara pengobatan lainnya, sebagai cara yang paling bermanfaat ialah berupaya mengerahkan tenaga dan upaya untuk mengetahui dimana letak  tempat sihir terjadi, di atas gunugn atau di tempat manapun ia berada, dan di musnahkan sehingga lenyaplah sihir tersebut.
Inilah beberapa penjelasan tentang perkara-perkara yang dapat menjaga diri dari sihir dan usaha pengobatan atau cara penyembuhannya, dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan.
Adapun pengobatan dengan cara-cara yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir, yaitu dengan mendekatkan diri kepada jin disertai penyembelihan hewan, atau cara-cara pendekatan diri lainnya, maka semua itu tidak dibenarkan, karena termasuk perbuatan Syaithan, bahkan termasuk perbuatan syirik yang paling besar yang wajib dihindari
Demikian pula dengan pengobatan dengan cara bertanya kepada dukun, ‘arraf, tukang ramal, dan menggunakan petunjuk sesuai dengan apa yang mereka katakan, semua ini tidak dibenarkan dalam Islam, karena dukun-dukun tersebut tidak beriman kepada Allah, mereka adalah para pendusta dan pembohong yang mengaku mengetahui hal-hal ghaib, dan kemudian menipu manusia. Wallahu A’lam.
dikutip dari : www.kebangkitan islam.com

Friday, April 25, 2014

Buah Kesabaran

Jika keimanan itu laksana burung, maka jiwa kita akan terbang menuju ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua sayap yang kokoh, 
yaitu sayap syukur dan sayap sabar
Hakikat sabar adalah teguh dan kokoh mempertahankan jiwa 
untuk selalu berada pada ketentuan syariat Allah, 
dengan tetap menjalankan ketaatan dan menahan diri dari larangan 
serta berlapang dada pada setiap ketentuan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Thursday, April 24, 2014

Saling Memahami

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. 
Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. 
Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.

Fungsikan Inderamu !!!

Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. 
Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. 
Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.

Raih Bahagia dengan DOA


memintal asaan doa-doa tanpa henti
bersujud pada-NYA dengan sepenuh hati
pecah tangis dalam renung diri
betapa penuh dosa masa-masa yang terlewati
semoga jalur ILAHI kan menerangi
menuntun diri menuju cahaya yang suci
meraih kebahagian hidup yang hakiki
semoga akhir nanti keindahan dapat dinikmati

Orang Tamak


" perumpamaan orang yang tamak itu bagaikan ulat sutra "

ketika sutra yang melilitnya bertambah banyak , 
sangat jauh kemungkinan baginya untuk bisa keluar 
sehingga ia akan mati kesedihan di dalam sarangnya sendiri.

Berjuanglah !!!

Hidup berakhir saat kamu berhenti bermimpi. 
Harapan hilang saat kamu berhenti percaya. 
Dan cinta gagal saat kamu berhenti peduli.

Raih Cintamu

Kamu tidak pernah tahu bila kau akan jatuh cinta,
namun apabila sampai saatnya itu,
raihlah dengan kedua tanganmu, 
dan jangan biarkan dia pergi 
dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Hidup adalah Ujian


Tuhan tidak menjanjikan hari-hari tanpa kesedihan, 
tawa tanpa sedih, panas tanpa hujan, 
tetapi DIA menjanjikan kekuatan 
untuk menghadapi hari-hari sulit, 
hiburan untuk tangisan, 
dan petunjuk untuk menjalani kehidupan.
Tafsir Surah Al Ashr
Para pembaca yang mulia –semoga Allah subhanahu wata’ala membuka segala pintu kebaikan kepada kita– untuk edisi kali ini kami akan mengulas tafsir surat terpendek dari Al Qur’an yaitu surat Al Ashr. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Kedudukan Surat Al ‘Ashr

Al Qur’an adalah kalamullah ? (firman Allah) sebagai pedoman dan petunjuk ke jalan yang lurus bagi umat manusia. Allah ? berfirman (artinya):
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (Al Israa’: 9)
Sehingga semua ayat-ayat Al Qur’an memiliki kedudukan dan fungsi yang agung. Demikian pula pada surat Al ‘Ashr, terkandung di dalamnya makna-makna yang amat berharga bagi siapa saja yang mentadabburinya (memahaminya dengan seksama).
Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menegaskan tentang kedudukan surat Al ‘Ashr, beliau berkata:
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسِعَتْهُمْ
“Sekiranya manusia mau memperhatikan (kandungan) surat ini, niscaya surat ini akan mencukupkan baginya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada Surat Al ‘Ashr)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa perkataan Al Imam Asy Syafi’i itu adalah tepat karena Allah ? telah mengkhabarkan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi (celaka) kecuali barang siapa yang mu’min (beriman) lagi shalih (beramal shalih) dan ketika bersama dengan yang lainnya saling berwasiat kepada jalan yang haq dan saling berwasiat di atas kesabaran. (Lihat Majmu’ Fatawa, 28/152)
Keutamaan Surat Al ‘Ashr

Al Imam Ath Thabrani menyebutkan dari Ubaidillah bin Hafsh ?, ia berkata: “Jika dua shahabat Rasulullah ? bertemu maka keduanya tidak akan berpisah kecuali setelah salah satu darinya membacakan kepada yang lainnya surat Al ‘Ashr hingga selesai, kemudian memberikan salam.” (Al Mu’jamu Al Ausath no: 5097, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 2648)
Kandungan Surat Al ‘Ashr

Pada ayat pertama: ((وَالْعَصْرِ
Allah ? bersumpah dengan al ‘ashr yang bermakna waktu, zaman atau masa. Pada zaman/masa itulah terjadinya amal perbuatan manusia yang baik atau pun yang buruk. Jika waktu atau zaman itu digunakan untuk amal kebajikan maka itulah jalan terbaik yang akan menghasilkan kebaikan pula. Sebaliknya jika digunakan untuk kejelekan maka tidak ada yang dihasilkan kecuali kerugian dan kecelakaan.
Rasulullah ? bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua kenikmatan yang kebanyakan orang lalai di dalamnya; kesehatan, dan waktu senggang” (HR. At Tirmidzi no. 2304, dari shahabat Abdullah bin Abbas ?)

Kemudian di hari kiamat kelak Allah ? akan menanyakan tentang umur seseorang, untuk apa dia pergunakan? Sebagaimana hadits Rasulullah ? yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Mas’ud ?, beliau ? bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
“Tidaklah bergeser telapak kaki bani Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang lima perkara; umurnya untuk apa ia gunakan, masa mudanya untuk apa ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan apa yang ia perbuat dengan ilmu-ilmu yang telah ia ketahui. (HR. At Tirmidzi no. 2416 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah no. 947)

Kemudian Allah ? menyebutkan ayat berikutnya:
إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi.”

Lafazh al insan pada ayat di atas secara kaidah tata bahasa Arab mencakup keumuman manusia tanpa terkecuali. Allah ? tidak memandang agama, jenis kelamin, status, martabat, dan jabatan, melainkan Allah ? mengkhabarkan bahwa semua manusia itu dalam keadaan celaka kecuali yang memilki empat sifat yang terdapat pada kelanjutan ayat tersebut.
Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bermacam-macam, bisa kerugian yang bersifat mutlak, seperti keadaan orang yang merugi di dunia dan di akhirat, yang dia kehilangan kenikmatan dan diancam dengan balasan di dalam neraka jahim. Dan bisa juga kerugian tersebut menimpa seseorang akan tetapi tidak mutlak hanya sebagian saja. (Taisir Karimirrahman, karya Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di)
Pertama: Keimanan

Sifat yang pertama adalah beriman, diambil dari penggalan ayat:
إِلاَّ الَّذيْنَ ءَامَنُوْا
“Kecuali orang-orang yang beriman”

Iman adalah keimanan terhadap seluruh apa yang Allah ? perintahkan untuk mengimaninya, dari beriman kepada Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir, serta segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Allah ? dari keyakinan-keyakinan yang benar dan ilmu yang bermanfaat.
Penggalan ayat di atas memiliki kandungan makna yang amat berharga yaitu tentang kewajiban menuntut ilmu agama yang telah diwariskan oleh Nabi ?.
Mengapa demikian? Tentu, karena tidaklah mungkin seseorang mencapai keimanan yang benar dan sempurna tanpa adanya ilmu pengetahuan terlebih dahulu dari apa yang ia imani dari Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah ? berfirman (artinya):
“Allah bersaksi (bersyahadat untuk diri-Nya sendiri) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia (Allah), para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga bersyahadat yang demikian itu), …” (Ali Imran: 19)
Dalam ayat yang mulia ini Allah ? menggandengkan syahadat orang-orang yang berilmu dengan syahadat untuk diri-Nya sendiri dan para Malaikat-Nya. Padahal syahadat laa ilaaha illallaah merupakan keimanan yang tertinggi. Hal ini menunjukkan tingginya keutamaan ilmu dan ahli ilmu. Bahkan para ulama menerangkan bahwa salah satu syarat sahnya syahadat adalah berilmu, yaitu mengetahui apa ia persaksikan. Sebagaimana firman Allah ?:
إِلاَّ مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَ هُمْ يَعْلَمُوْنَ
“Kecuali barangsiapa yang bersyahadat dengan haq (tauhid), dalam keadaan mereka mengetahuinya (berilmu).” (Az Zukhruf: 86)

Sehingga tersirat dari penggalan ayat:
إِلاَّ الَّذيْنَ ءَامَنُوْا
kewajiban menimba ilmu agama. Terlebih lagi Rasulullah ? menegaskan dalam haditsnya:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu (agama) adalah fardhu (kewajiban) atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)
Kedua: Beramal shalih

Sifat yang kedua adalah beramal shalih, diambil dari penggalan ayat (artinya):
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
“Dan beramal shalih.”

Amalan shalih itu mencakup amalan zhahir yang dikerjakan oleh anggota badan maupun amalan batin, baik amalan tersebut bersifat fardhu (wajib) atau pun bersifat mustahab (anjuran).
Keterkaitan antara iman dan amal shalih itu sangatlah erat dan tidak bisa dipisahkan. Karena amal shalih itu merupakan buah dan konsekuensi dari kebenaran iman seseorang. Atas dasar ini para ulama’ menyebutkan salah satu prinsip dasar dari Ahlus Sunnah wal jama’ah bahwa amal shalih itu bagian dari iman. Iman itu bisa bertambah dengan amalan shalih dan akan berkurang dengan amalan yang jelek (kemaksiatan)
Oleh karena itu, dalam Al Qur’an Allah ? banyak menggabungkan antara iman dan amal shalih dalam satu konteks, seperti dalam ayat ini atau ayat-ayat yang lainnya. Diantaranya firman Allah ? (artinya): “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An Nahl: 97)
Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di: “Jika dua sifat (iman dan amal shalih) di atas terkumpul pada diri seseorang maka dia telah menyempurnakan dirinya sendiri.” (Taisir Karimirrahman)
Ketiga: Saling menasehati dalam kebenaran

Merupakan salah satu dari sifat-sifat yang menghindarkan seseorang dari kerugian adalah saling menasehati diantara mereka dalam kebenaran, dan di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah ? serta meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan-Nya.
Nasehat merupakan perkara yang agung, dan merupakan jalan rasul di dalam memperingatkan umatnya, sebagaimana Nabi Nuh ? ketika memperingatkan kaumnya dari kesesatan: “Dan aku memberi nasehat kepada kalian.” (Al A’raaf: 62).
Kemudian Nabi Hud ? yang berkata kepada kaumnya: “Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Al A’raaf: 68)
Dengan nasehat itu maka akan tegak agama ini, sebagaimana sabda Rasulullah ? di dalam haditsnya:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama ini adalah nasehat” (H.R Muslim no. 90 dari shahabat Tamim Ad Daari ?)

Bila nasehat itu mulai kendor dan runtuh maka akan runtuhlah agama ini, karena kemungkaran akan semakin menyebar dan meluas. Sehingga Allah ? melaknat kaum kafir dari kalangan Bani Israil dikarenakan tidak adanya sifat ini sebagaimana firman-Nya (artinya): “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka perbuat.” (Al Maidah: 79)
Demikian pula orang-orang munafik yang diantara mereka saling menyuruh kepada perbuatan mungkar dan melarang dari perbuatan yang ma’ruf, Allah ? telah memberitakan keadaan mereka di dalam Al Quran, sebagaimana firman-Nya (artinya): “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian mereka dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh kepada perbuatan yang mungkar dan melarang dari perbuatan yang ma’ruf.” (At Taubah: 67)
Keempat: Saling menasehati dalam kesabaran

Saling menasehati dalam berbagai macam kesabaran, sabar di atas ketaatan terhadap Allah ? dan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya, sabar terhadap musibah yang menimpa serta sabar terhadap takdir dan ketetapan-Nya.
Orang-orang yang bersabar di atas kebenaran dan saling menasehati satu dengan yang lainnya, maka sesungguhnya Allah ? telah menjanjikan bagi mereka pahala yang tidak terhitung, Allah ? berfirman (artinya): “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar:10)
Jika telah terkumpul pada diri seseorang keempat sifat ini, maka dia telah mencapai puncak kesempurnaan. Karena dengan dua sifat pertama (iman dan amal shalih) ia telah menyempurnakan dirinya sendiri, dan dengan dua sifat terakhir (saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran) ia telah menyempurnakan orang lain. Oleh karena itu, selamatlah ia dari kerugian, bahkan ia telah beruntung dengan keberuntungan yang agung. Wallahu A’lam.
Penutup

Demikianlah para pembaca sedikit dari apa yang kami sampaikan mengenai tafsir Surat Al ‘Ashr semoga dapat memberikan bimbingan kepada kita semua di dalam menempuh agama yang telah diridhai oleh Allah ? ini. Dan tentunya kita berharap agar dapat memiliki 4 sifat yang akan menyelamatkan kita dari kerugian baik di dunia maupun di akhirat. Amin, Ya Rabbal ‘alamin. 

Sunday, April 6, 2014

Surah Yasin dan Terjemahan

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM
Dengan menyebut nama ALLAH yang Maha pemurah lagi Maha penyayang.

YAA SIIN.
ALLAH s.w.t lebih mengetahui tentangnya.

WAL QUR-AA-NIL HAKIIM.
Demi AL-QURAN yang penuh hikmah.

INNAKA LAMINAL MURSALIIN.
Sesungguhnya kamu (MUHAMMAD) salah seorang dari rasul-rasul.

‘ALAA SIRAATIM MUSTAQIIM.
(yang berada) di atas jalan yang lurus.

TANZIILAL-‘AZIIZIIR RAHIIM.
(AL-QURAN itu) di turunkan oleh (ALLAH s.w.t) yang maha perkasa lagi maha penyayang.

LITUNNZIRA QAUMAM MAA UNNZIRA AABAA UHUM FAHUM GHAAFILUUN.
Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang peringatan itu belum di berikan kepada datuk nenek mereka, maka kerana itu mereka menjadi lalai.

LAQAD HAQQAL QAULU ‘ALAAA AKTSARIHIM FAHUM LAA YU’’ MINUUN.
Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan ALLAH s.w.t) terhadap kebanyakkan mereka, kerana mereka tidak beriman.

INNAA JA-‘ALNAA FII ‘A-NAA QIHIM AGH-LAALAN FAHI YA ILAL AZQAANI FAHUM-MUQMAHUUN.
Sesungguhnya kami telah memasang pada leher mereka belenggu, lalu tangan mereka (diangkat) kepada dagu, maka kerana itu mereka terngadah (terdongak)

WAJA’ALNAA MIM-BAINI AIDIIHIIM SADDAU WAMIN KHALFIHIM SADDAN FA-AGH SYAINAAHUM FAHUM LAA YUBSIRUUN.
Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat (kebenaran)

WASAWAA UN ‘ALAIHIM A-ANN ZARTAHUM AM LAM TUNN-ZIRHUM LAA YU’’ MINUUN.
Dan sama sahaja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan atau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

INNAMAA TUNN-ZIRU MANIT TABA-‘AZZIKRA WA KHASYI-YAR RAHMAANA BILGHAIBI FABASY-SYIRHU-BIMAGH FIRATIW WA AJ-RINN KARIIM.
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mahu mengikuti peringatan dan yang takut kepada tuhan yang maha pemurah walaupun dia tidak melihat-NYA.Maka berilah mereka khabar gembira dengan keampunan dan pahala yang mulia.

INNAA NAHNU NUHYIL MAUTAA WANAKTUBU MAA QADDAMUU WA-AA-TSAARAHUM WAKULLA SYAIN-IN AHSAINAA HU FII IMAAMIMM MUBIIN.
Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang yang telah mati dan kami menuliskan apa yang telah (mereka) kerjakan dan kesan-kesan yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (iaitu Luh Mahfuzh)

WADH-RIB LAHUM MA-TSALAN ASHAABAL QARYATI IZJAAA A-HAL MURSALUUN.
Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, iaitu penduduk suatu negeri ketika datang kepada mereka para utusan.

IZ-ARSALNAA ILAIHI-MUTS NAINI FAKAZ-ZABUU HUMAA FA ‘AZ-ZAZ NAA BITSAA-LI-TSINN FAQAA LUUU INNAAA ILAIKUM MURSALUUN.
(iaitu) ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan.Lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka (ketiga-tiga utusan itu) berkata : “sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu”.

QAALUU MAA-ANTUM ILLAA BASYARUM MITSLUNAA WAMAA ANNZALAR RAHMAANU MINN SYAI-IN IN ANN-TUM ILLAA TAKZIBUUN.
Mereka (penduduk negeri itu) menjawab: “kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan tidaklah ALLAH yang maha pemurah menurunkan sesuatu pun, sesungguhnya kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.”

QAALUU RABBUNAA YA’ LAMU INNAAA ILAIKUM LAMURSALUUN.
Mereka (utusan itu) berkata: “Tuhan kami mengetahui bahawa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu”

WAMAA ‘ALAINAAA ILLAL BALAA-GHUL MUBIIN.
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah ALLAH s.w.t) dengan jelas.”

QAA LUUU IN-NAA TATAY-YARNAA BIKUM LA-IL-LAM TANN-TAHUU LANAR JUMANNAKUM WALAYAMAS-SANNAKUM MINNAA ‘AZAABUN ALIIM.
Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang kerana kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), nescaya kami akan merejam kamu dan kamu pasti akan mendapat seksa yang pedih dari kami.”

QAALUU TAAA IRUKUM MA ‘AKUM A-IN ZUKKIRTUM BAL ANN-TUM QAUMUM MUSRIFUUN.
Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu itu adalah kerana kamu sendiri.Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas.”

WAJAAA A-MIN AQSAL MADIINATI RAJULUY YAS ‘’AA QAALA YAA QAUMIT TABI-‘UL MURSALIIN.
Dan datanglah dari hujung kota seorang lelaki, dengan bergegas-gegas dia berkata: “Wahai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.

IT TABI ‘UU MAL-LAA YAS-ALUKUM AJRAU WAHUM MUHTADUUN.
Ikutilah oleh kamu orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

WAMAALIYA LAA A’-BUDUL LAZII FATARANII WA ILAIHI TURJA-‘UUN.
Mengapa aku tidak menyembah (tuhan) yang telah menciptakan dan yang hanya kepada-NYA kamu (semua) akan dikembalikan?

A-AT-TAKHIZU MIN DUUNIHII AA-LIHATAN IY YURIDNIR RAHMAANU BIDHUR-RIL LAA TUGHNI ‘ANNII SYAFAA ‘A-TUHUM SYAI AU WALAA YUNG QIZUUN.
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-NYA, jika (ALLAH s.w.t) yang maha pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, nescaya tidak memberi manfaat syafaat mereka sedikit pun bagi diriku dan tidak (pula) dapat menyelamatkanku?

INN-NII IZAL LAFII DHALAA LIMM MUBIN.
Sesungguhnya aku (jika demikian) pasti berada dalam kesesatan yang nyata.

INN-NII AA-MANNTU BIRABBIKUM FASMA ‘UUN.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.”

QIILAD KHULIL JAN-NATA QAALA YAA LAITA QAUMII YA’LAMUUN.
Dikatakan (kepadanya): “Masuklah kamu kedalam syurga.” Dia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui.

BIMAA GHAFARALII RABBII WAJA ‘A-LANII MINAL MUKRAMIIN.
Apa yang menyebabkan keampunan bagiku oleh Tuhanku dan menjadikan aku termasuk di kalangan orang-orang yang di muliakan.

WAMAAA ANN ZALNAA ‘ALAA QAUMIHII MIMBA’ DIHII MINN JUNDIMM MINAS-SAMAA-I WAMAA KUN-NAA MUNNZILIIN.
Dan kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan (tentera) pun di langit dan tidak layak bagi kami menurunkannya.

INN KAANAT ILLAA SAIHATAU WAAHIDATANN FA-IZAAHUM KHAA-MIDUUN.
Tidak ada (seksaan) ke atas mereka selain daripada teriakan yang sekali sahaja, maka tiba-tiba mereka semuanya mati.

YAA HASRATAN ‘ALAL ‘IBAADI MAAYA’’ TIIHIM MIR-RASUULIN IL-LAA KAANU BIHII YASTAH-ZI UUN.
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba (yang mendustakan rasul) itu, tiada datang kepada mereka seorang rasul pun melainkan mereka selalu memperolok-olokannya.

ALAM YARAU KAM AHLAKNAA QABLAHUM MINALQURUUNI AN-NA-HUM ILAIHIM LAA YARJI ‘UUN.
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyak yang telah kami binasakan mereka, (iaitu) umat-umat sebelum mereka, bahawasanya orang-orang (yang telah kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka.

WA-INN KUL-LUL-LAMM-MAA JAMII ‘UL LADAINAA MUH-DHARUUN.
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan, kepada kami (mereka) dihadirkan.

WA AA-YATUL LAHUMUL AR-DHUL MAI-TATU AHYAI-NAAHAA WA-AKH-RAJNAA MINHAA HABBANN FAMINHU YA” KULUUN.
Dan suatu tanda (kekuasaan ALLAH s.w.t yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati.Kami hidupkan (bumi itu) dan kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.

WAJA-‘ALNAA FIIHAA JAN-NAATIM MIN-NAKHII LIW-WA A’-NAABIW WAFAJ-JARNAA FIIHAAA MINAL ‘U-YUUN.
Dan kami jadikan padanya kebun-kebun (terdiri) daripada kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air.

LIYA” KULUU MIN TSAMARIHII WAMAA ‘AMILAT-HU AIDIIHIIM AFALAA YASY-KURUUN.
Supaya mereka dapat makan buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?

SUBHAANAL LAZII KHALAQAL AZ-WAAJA KULLAHAA MIMMAA TUMM-BITUL AR-DHU WAMIN AMFUSIHIM WA MIM-MAA LAA YA’-LAMUUN.
Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka mahupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

WA AA-YATUL LAHUMUL LAYLU NASLA-KHU MIN HUN NAHAARA FA-IZAA HUM MUZH LIMUUN.
Dan suatu tanda (kekuasaan ALLAH s.w.t yang besar) bagi mereka adalah malam. Kami tanggalkan daripada (malam itu) siang, maka dengan serta-merta mereka berada dalam kegelapan.

WASY SYAMSU TAJRII LIMUS TAQARRIL LAHAA ZAALIKA TAQDIIRUL ‘AZII-ZIL ‘ALIIM.
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui.

WAL QAMARA QAD DARNAAHU MANAA-ZILA HATTAA ‘AA-DAKAL ‘URJUUNIL QADIIM.
Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah ia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah ia sebagai bentuk tandan yang kuat.

LASY-SYAMSU YAMM-BAGHII LAHAA AN TUDRIKAL QAMARA WALAL-LAY-LU SAABIQUN NAHAARI WAKUL-LUUN FII FALAKIY YASHBAHUUN.
Tidaklah mungkin bagi matahari itu mudah mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

WA AA-YATUL LAHUM AN-NAA HAMALNAA ZUR-RIY-YATAHUM FIL FULKIL MASY-HUUN.
Dan suatu tanda (kebesaran ALLAH s.w.t yang besar) bagi mereka adalah bahawa kami angkat keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.

WA KHALAQ NAA LAHUM MIMM-MITS LIHII MAA YARKABUUN.
Dan kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kenderai seperti bahtera itu.

WA INN-NASYA” NUGH-RIQ-HUM FALAA SARII-KHA LAHUM WALAAHUM YUNN-QAZUUN.
Dan jika kami menghendaki, nescaya kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.

IL-LAA RAHMATAM MIN-NAA WAMATAA ‘AN I-LAA HIIN.
Melainkan (kami selamatkan mereka) kerana rahmat (yang besar) dari kami dan untuk memberi kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika (ajal)

WA IZAA QII-LA LAHUMUT TAQUU MAA-BAYNA AY-DIIKUM WAMAA KHAL-FAKUM LA ‘AL-LAKUM TURHAMUUN.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “takutlah kamu (akan seksa) yang di hadapanmu (iaitu sengsara di dunia) dan seksa yang akan datang (azab akhirat) supaya kamu mendapat rahmat,” (tetapi nescaya mereka berpaling)

WAMAA TA” TIIHIM MIN AA-YATIM MIN AA-YAATI RABBIHIM IL-LAA KAANUU ‘ANHAA MU’-RIDHIIN.
Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda (dari tanda-tanda kekuasaan) tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.

WA IZAA QILLA LAHUM ANN-FIQUU MIMMAA RAZAQA KUMUL-LAA HU QAALAL LAZIINA KAFARUU LIL-LAZII NA-AA MANUUU ANUT-‘IMU MALLAU YA-SYAAA-UL LAA-HU AT-‘AMAHUUU IN ANNTUM IL-LAA FII DHALAALIMM MUBIN.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “nafkahkanlah sebahagian dari rezeki yang di berikan ALLAH s.w.t kepadamu” maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman “Apakah kami akan memberi makan (orang yang) jika (ALLAH s.w.t) menghendaki tentulah ALLAH s.w.t akan memberinya makan, sesungguhnya tiadalah kamu melainkan kesesatan yang nyata.”

WAYAQUU-LUUNA MATAA HAAZAL WA’DU INN-KUNNTUM SAADIQIIN.
Dan mereka berkata: “Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”

MAA YANN ZHURUUNA ILLAA SAIHATAW WAAHIDATANN TA” KHUZUHUM WAHUM YA-KHIS-SIMUUN.
Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakkan sahaja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.

FALAA YASTATII-‘UUNA TAW-SIYATAW WALAA ILLAAA AH-LIHIM YARJI-‘UUN.
Lalu mereka tidak kuasa membuat satu wasiat pun tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya.

WANUFI-KHA FIS-SUURI FA-IZAA HUM MINAL AJ-DAA-TSII-LAA RABBIHIM YANN-SILUUN.
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar daripada kubur mereka (menuju) kepada tuhan mereka dengan segera.

QAALUU YAA WAYLANAA MAMM-BA-‘A-TSANAA MIM-MARQADINAA HAAZA MAA WA-‘ADAR RAHMAANU WASADAQAL MURSALUUN.
Mereka berkata : “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang di janjikan (tuhan) yang maha pemurah dan benarlah rasul-rasul (NYA)

INN KAANAT ILLAA SAIHATAW WAAHIDATANN FA-I-ZAA HUM JAMI ‘UL LADAI-NAA MUH-DHARUUN.
Sesungguhnya tidaklah (teriakkan itu) melainkan hanya sekali teriakan sahaja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan, dihadirkan kepada sisi kami.

FALYAW MA LAA TUZH-LAMU NAFSUN SYAI-AW WALAA TUJZAU-NA IL-LAA MAA KUNN-TUM TA’ MALUUN.
Maka pada hari itu tidaklah seseorang akan dirugikan (dizalimi) sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.

INN-NA AS-HAABAL JAN-NATIL YAWMA FI SYU-GHULINN FAA KIHUUN.
Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu dalam (syurga) bersenang-senang dalam kesibukan (mereka).

HUM WA-AZ WAAJUHUM FII ZHILAALIN ‘ALAL A-RAAA IKI MUT-TAKI-UUN.
Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas sofa-sofa.

LAHUM FIIHAA FAAKIHATUW WALA HUM-MAA YADDA-‘UUN.
(Di syurga itu) mereka memperoleh buah-buahan dan apa yang mereka inginkan akan di perolehi.

SALAAMUNN QAULAMM-MIR RAB-BIR RAHIIM.
(Kepada mereka dikatakan): “Salam” sebagai ucapan selamat daripada tuhan yang maha penyayang.

WAMTAAZUL YAUMA AY-YUHAL MUJRIMUUN.
Dan (dikatakan kepada orang kafir): “Berpisah kamu (dari orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat.”

ALAM A’-AHAD I-LAYKUM YAABANII AA-DAMA AL-LAA TA’-BUDUSY-SYAITAANA IN-NAHUU LAKUM ‘A-DUW WUMM-MUBIIN.
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai bani adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya (syaitan itu) bagi kamu adalah musuh yang nyata.

WA A-NI’ BUDUUNII HAZAA SIRAATUM MUSTAQIIM.
Dan hendaklah kamu menyembah aku.Inilah jalan yang lurus.

WALAQAD A-DHALLA MINN-KUM JIBILLANN KA-TSIIRAN AFALAM TAKUU-NUU TA’QILUUN.
Dan sesungguhnya (syaitan itu) telah menyesatkan sebahagian besar di antara kamu.Maka apakah kamu tidak memikirkan?

HAAZIHII JAHAN-NAMUL-LATII KUNNTUM TUU ‘ADUUN.
Inilah (neraka) Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya)

IS-LAWHAL YAWMA BIMAA KUNNTUM TAKFURRUN.
Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya.

AL-YAW MA-NAKH-TIMU ‘A-LAAA AFWAA HIHIM WATUKALLIMUNAAA AY-DIIHIIM WATASY-HADU AR-JULUHUM BIMAA KAANUU YAKSIBUUN.
Pada hari ini kami metrikan (tutup) ke atas mulut mereka; dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.

WALAU NASYAAA-U LATAMASNAA ‘A-LAAA A’-YUNIHIM FAS-TABAQUS SIRAATA FA-AN-NAA YUBSIRUUN.
Dan jikalau kami menghendaki pastilah kami hapuskan penglihatan atas mata mereka; lalu mereka berlumba-lumba (mencari) jalan.Maka betapakah mereka dapat melihat (NYA)

WALAU NASYAAA-U LAMASAKH-NAAHUM ‘ALAA MAKAANATIHIM FAMAS TATAA-‘UU MU-DHIY-YAW WALAA YARJI-‘UUN.
Dan jikalau kami menghendaki pastilah kami ubah mereka dari tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup lagi berjalan (pergi) dan tidak (pula sanggup) kembali.

WAMANN NU-‘AM-MIRHU NUNAK-KISHU FIL KHALQI AFALAA YA’-QILUUN.
Dan sesiapa yang kami panjangkan umurnya, nescaya kami kembalikan dia kepada kejadia (NYA). Maka apakah mereka tidak memikirkan?

WAMAA ‘AL-LAMNAA HUSY-SYI’-RAA WAMAA YAMM-BA-GHII LAHUU INHUWA ILLAA ZIKRUW WAQUR-AA-NUMM MUBIIN.
Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya (MUHAMMAD s.a.w) dan (bersyair itu) tidaklah layak baginya. Sesungguhnya tidak (AL-QURAN itu) selain dan peringatan (pelajaran), dan AL-QURAN (kitab) yang memberi (penerangan) yang jelas.

LIYUNN-ZIRA MANN KAANA HAY-YAW WAYA-HIQQAL QAULU ‘ALAL KAAFIRIIN.
Supaya dia (MUHAMMAD s.a.w) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.

AWALAM YARAW ANN-NAA KHALAQNAA LAHUM MIMMAA ‘A-MILAT AI-DIINAAA AN-‘AA-MANN FAHUM LAHAA MAA-LIKUUN.
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya kami telah menciptakan untuk mereka dengan tangan (kekuasaan) kami binatang ternak, lalu mereka menguasainya?

WAZALLAL NAAHAA LAHUM FAMINHAA RAKUU-BUHUM WAMINHAA YA” KULUUN.
Dan kami tundukkan (binatang-binatang itu) untuk mereka, maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan.

WALAHUM FIIHAA MANAA-FI-‘U WAMA-SYAARIBU AFALAA YASY-KURUUN.
Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?

WATTA-KHAZUU MIN DUUNIL-LAAHI AA-LIHATAL LA-‘AL-LAHUM YUNN-SARUUN.
Mereka mengambil selain daripada ALLAH s.w.t sembahan-sembahan, agar mereka mendapat pertolongan (darinya)

LAAYASTATII-‘UUNA NAS-RAHUM WAHUM LAHUM JUNDUM-MUH-DHARUUN.
Sembahan-sembahan itu tiada kuasa menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentera yang dihadirkan (untuk menjaga mereka)

FALAA YAH-ZUNN-KA QAULUHUM. IN-NAA NA’-LAMU MAA YUSIR-RUU NA WAMAA YU’-LINUUN.
Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu.Bahawa sesungguhnya kami mengetahui apa yang mereka rahsiakan dan apa yang mereka nyatakan.

AWALAM YARAL INN-SAANU AN-NAA KHALAQNAA HU MIN NUTFATIN FA-I-ZAA HUWA KHASII-MUM-MUBIIN.
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahawa kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata.

WA-DHARABA LANAA MA-TSALAW WANASIYA KHALQA-HUU QAALA MAY-YUHYIL ‘I-ZHAA-MA WAHIYA RAMIIM.
Dan dia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; dia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”

QUL YUHYII HAL-LAZIII ANN-SYA-A-HAAA AW-WALA MARRA-TIW WAHUWA BIKULLI KHALQIN ‘A-LIIM.
Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh tuhan yang menciptakannya pada awalnya.Dan Dia maha mengetahui tentang segala makhluk.

AL-LAZII JA-‘A-LA LAKUM MINASY SYAJARIL AKH-DHARI NAARAN FA I-ZAAA ANN-TUM MINHU TUU-QIDUUN.
Iaitu tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”

AWALAY SALLA-ZI KHALAQAS-SAMAA WAATI WAL AR-DHA BI QAA-DIRIN ‘A-LAA AY-YAKH-LUQA MITS-LAHUM BALAA WAHUWAL KHAL-LAAQUL ‘A-LIIM.
Dan tidakkah tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Bahkan (benar dia berkuasa) dan dialah maha pencipta lagi maha mengetahui.

INN-NAMAAA AMRUHUUU I-ZAAA A-RAADA SYAI-AN AY-YAQUULA LAHUU KUNN FAYAKUUN.
Sesungguhnya keadaan-NYA apabila DIA menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : “JADILAH !” maka terjadilah ia.

FASUB-HAA NAL LAZII BIYADIHII MALAKUU-TU KULLI SYAI-INW-WA I-LAY-HI TURJA ‘UUN.
Maka maha suci (ALLAH s.w.t) yang di tangan-NYA kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-NYAlah kamu akan dikembalikan.

Friday, April 4, 2014

Mengasah Mata Bathin

Banyak jenis laku batin ( riyadhah ) yang memiliki pengaruh langsung dengan kemampuan mata memandang hal – hal yang bersifat ghaib .khusus untuk mendeteksi apakah suatu tempat atau rumah itu di diami jenis makluk halus sejenis tuyul bias mengunakan petunjuk di bawah ini:

Pertama : puasa plus mutih ( nganyep ) tidak makan asin ,manis ,pedas dan nyawa .lebih afdhal kalau hanya makan dengan satu jenis makan dan minum saja , yaitu nasi putih dan air putih matang.
Puasa mutih ini di lakukan dalam waktu empat puluh satu hari ( 41 ) hari ,dan malam hari membaca Surat jin sebanyak 3 kali ,insya allah ,setelah laku batin ini dijalankan dengan benar ,maka hati dan mata menjadi tajam.
Tata cara Ke dua :
Puasa mutih cukup satu minggu ( 7 hari ) malam hari setelah Isyak membaca:
‘alla ya’lamu man kholaqo wa huwal lathiful khobir x999
Dilanjutkan membaca asmaul husna;
Ya khobiiru x 5000
Setelah laku batin tersebut ,amalan asmaul husna nya dijadikan amalan rutin .Walau tidak mampu mencapai hitunganm 5000 kali ulangan
Sedangkan bacaan :’ alla ya’lamu man kholaqo wa huwal lathiful khobir di baca 30 kali menjelang tidur .Insya allah dengan menyelesaikan laku batin tersebut mata anda akan mampu melihat makluk halus dalam waktu yang di butuhkan.


Membuka Mata Bathin

Mata Batin adalah indera keenam yang diberikan oleh Allah kepada setiap manusia untuk menangkap sinyal-sinyal ghaib ataupun hal-hal yang belum terjadi. Adapun berbagai sinya tersebut dapat berupa bisikan ghaib, pengelihatan, wangsiat, atau sebuah tanda melalui mimpi.

Terkait dengan mata batin, banyak orang percaya bahwa pada dasarnya setiap manusia itu sendiri mempunyai mata batin yang asal mulanya Allah ciptakan bersih tanpa ada noda sedikitpun, namun akhirnya kemudian ternodai oleh sifat-sifat buruk dan keduniawian.


Seorang bayi yang baru lahir dipercayai memiliki mata batin yang masih bersih, sehingga dapat melihat hal-hal yang ghoib dan dengan mudah mampu menangkap berbagai ilmu pengetahuan. Namun ketika seorang bayi tumbuh menjadi besar, maka mata batin tersebut akhirnya ternodai oleh sifat-sifat buruk dan keduniawian sehingga pada akhirnya tidak dapat lagi melihat hal-hal yang ghoib (tertutup).


Adapun tempat dari mata hati itu sendiri adalah Qalbu (hati nurani) yang selalu berubah setiap saat sesuai dengan perbuatan seseorang. Bila seseorang tersebut melakukan perubatan yang jahat dan lupa kepada Allah, maka Qalbu itu akan menjadi kotor, sementara bila seseorang berbuat baik atau berzikir, maka Qalbu itu akan bersih kembali.


Cara Membuka Mata Batin


Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya cara membuka mata batin agar kita kembali dapat melihat hal-hal yang ghoib, serta dengan mudah mampu menangkap berbagai ilmu pengetahuan, maka pada kesempatan kali ini blog Karo Cyber akan berbai informasinya kepada teman-teman. Adapun informasi ini diperoleh dari berbagai sumber situs internet:

1. Membersihkan hati dan pikiran
Hal pertama yang harus dilakukan sebagai upaya untuk membuka mata batin adalah membersihkan diri kita dari segala sifat-sifat buruk, seperti iri, dengki, benci, dan juga sifat-sifat keduniawian.



2. Memperdalam iman
Iman adalah percaya kepada hal-hal yang tidak kita lihat, dalam hal ini kita dapat membuang daya khayal yang dapat menggangu keyakinan kita terhadap hal-hal yang ghoib, selain itu upayakan agar kita selalu dapat belajar dan memperalam pengetahuan tentang hal ghoib yang sudah kita ketahui.



3. Sholat dan berzikir
Melalukan ibadah Sholat dan berzikir secara kontinue, sebab hal ini akan menambah kekhusukan hati, sekaligus dapat mendekatkan diri dengan Allah.



4. Mendekatkan diri kepada Allah
Hal keempat yang mutlak harus dilakukan dalam upaya cara membuka mata batin adalah dengan meningkatkan iman dan kecintaan kepada Allah, yaitu dalam artian mencintai Allah dari segala-galanya, serta selalu memohon pertolongan Allah, sekaligus Istikharoh, yaitu selalu meminta petunjuk kepada Allah.



Demikianlah cara membuka mata batin dengan mudah dan cepat yang dapat disampaikan kepada teman-teman semuanya. Tips ini tentu akan sangat mudah dilakukan bila memiliki kemauan dan keyakinan. Tetapi akan susah terlaksana bila kemauan itu sendiri masih setengah-setengah didalam diri kita. Semoga bermanfaat...

follow Facebook